KONSEP DASAR
A. Definisi
Stroke/ penyakit
serebrovaskuler menunjukan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional
maupu structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembulu darah
serebal atau saluran sistem pembulu darah otak (Doenges, 2000). Stroke
merupakan gangguan sirkulasi serebal, merupakan suatu gangguan neurologis fokal
dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada pembulu darah serebal (Price
& Wilson, 1994)
Stroke atau cedera
serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya
suplai bagian otak (Smeltzer & Bare , 2001).
Stroke adalah suatu defisit
neurologis yang terjadi secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh adanya gangguan
perfusi aliran darah ke otak. Jenis stroke ada 2 yaitu:
Stroke ini biasa terjadi pada umur di atas 45
atau 55 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan orang dengan usia yang lebih
muda juga dapat mengalaminya. Sampai sekitar 10% dari stroke dapat terjadi pada
orang dewasa muda dan merupakan tantangan para ahli dalam hal diagnosis dan
pengobatan. Pasien biasanya ditangani dengan melakukan beberapa tes seperti
pemeriksaan scan otak, pembuluh darah, evaluasi jantung dan penilaian hematologi
dengan menggunakan teknik diagnostik yang terbaik.
B. Etiologi
Penyebab stroke dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu :
1.
Thrombosis serebri
Aterosklerosis
serebal dan perlambatan sirkulasi serebal adalah penyakit utama thrombosis
serebral adalah penyakit umum dari stroke (Smeltzer, 2005)
Thrombosis
ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli
patologi. Biasanya kaitannya kerusakan otak dinding pembulu darh akibat
aterosklerosis (Price, 2005).
2.
Emboli selebri
Embolisme
serebris termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke. Penderita
embolisme biasnya lebih mudah dibandingkan dengan penderita thrombosis.
Kebanyakan
emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantung sehingga masalah yang
dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung (Prime, 2005)
3.
Hemoragi
Hemoragi
daoat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstra dural atau epidural) di bawa
durameter (hemoragi subdural), diruang sub arachnoid (hemoragi subarachnoid
atau dalam substansi otak (hemoragi intra serebral) (price, 2005)
C. Manifestasi Klinis
Pada stroke non haemoragik
gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau
subakut, dadahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun
pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali bila embolus cukup besar
(Mansjoer, 2000).
Menurut WHO dalam
Internasional Statitic Classification Of Diseases And Related Health Problem 10th
Revision, stroke dapat dibagi atas
1.
Pendarahan intraserebral
(PIS)
Stroke
akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tak jelas, kecuali nyeri kepala
karena hipertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat aktivitas, atau emosi/marah.
Sifat
nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah seringkali terjadi sejak
permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi
kurang dari setengah jam, 23% antara ½ s.d 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19
hari).
2.
Peredaran subaraknoid (PSA)
Pada
pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala yang hebat
dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala atau
tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada peredaran subhialoid
karena pecahnya anerisma pada arteri komunikanis anterior atau arteri karotis
interna. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan likasinya. Manifestasi stroke dapat berupa :
a.
Kelumpuhan wajah dan anggita
badan yang timbul mendadak
b.
Gangguan sensibilitas pada
sutu atau lebih anggota badan
c.
Perubahan mendadak status
mental
d.
Afasia (bicara tidak lancer,
kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
e.
Ataksia anggota badan,
muntah atau nyeri kepala
f.
Vertigo, mual, muntah atau
nyeri kepala
(Manjoer,
2000)
Gejala Khusu pada pasien stroke :
1.
Kehilangan motoric
Stroke
adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control
volunteer terhadap gerakan motoric, misalnya :
a.
Hemiplegia (paralisis pada salah
satu sisi tubuh)
b.
Hemiparesis (kelemahan pada
salah satu sisi tubuh)
c.
Menurunnya tonus otot
abnormal
2.
Kehilangan komunikasi
Fungsi
otak yang diperngarui stroke adalah bahasa dan komunikasi, misalnya :
a) Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjuka dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
untuk menghasilkan bicara.
b) Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama
ekspresif/represif.
Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang diperlajari
sebelumnya.
3.
Gangguan persepsi
a.
Homonimus hemianopsia, yaitu
kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi visual yang terkena berkaitan
dengan sisi tubuh yang paralis.
b.
Amorfosintesis, yaitu
keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan
diri/ ruang yang sakit tersebut.
c.
Gangguan hubungan visual
spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
area spasil
d.
Kehilangan sensori,antara
lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh (kehilangan
proprisep) sulit menginteroretasikan stimulasi visual, taktil, auditorius.
D. Patofisiologi
Otak
sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika
aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus, maka
mulai terjadi kekurangan oksigen kejaringan otak. Kurang selama 1 menit dapat
mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya
kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis
mikroskopik neiron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan
oksigen pada awanya mungkit akibat dari bekuan darah, udara, plaque, atheroma
fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorhagi maka factor pencetus
adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi
rupture dan dapat menyebabkan hemorhagi.
Pada stroke thrombosis atau
metabolic maka otak mengalami iskemia dan infark sulit ditentuak. Ada peluang
dominsn stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi
edema serebral dan peningkatan tekanan intrakanial (TIK) dan kematian pada area
yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya
saat terkena.
Gangguan
pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulasi Willisi: arteri karotis dan system vertebrobasilar dan
semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah kejaringan otak
terputus selama15 samapai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan.
Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark
didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut (Price, 2000).
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti aterosklerosis
dam thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau peradangan
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium
4. Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
(Price,2005)
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Angiografi serebral
Membantu
menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti pendarahan, obstruksi,
arteri, oklusi/rupture
2. Elektro encefalograpy
Mengedintifikasi
masalah didasarkan pasa gelombang otau taupun mungkin memperlihatkan daerah
lesi yang spesifik
3. Sinar x tengkorak
Menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawan dari masa yang luas,
klasifikasi karotis internal terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding,
aneurisma pada pendarahan sub arachnoid
4. Ultrasonography Doppler mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri carotid/alioran darah/m,uncul plaque/arterosklerosis.
5. CT-Scan
Memperlihatkan
adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
6. MRI
Menunjukan
adanya tekanan anormal dan biasanya ada
thrombosis, emboli dan TIA, tekanan meningkat dan caira mengandung darah
menunjukkan hemoragi sub arachnoris/pendarahan intracranial.
7. Pemeriksaan foto thorax
Dapat
memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa
yang meluas (Doengoes,2000)
8. Pemeriksaan laboratorium
a. Pungsi lumbal : tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli, dan TIA.
Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjuk
adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial. Kadar protein total meningkat
pada kasus thrombosis sehubungan dengan proses inflamasi.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia.
Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali. (Doengoes,2000)
F. Komplikasi
1.
Berhubungan dengan
immobilisasi
a.
Infeksi pernafasan
b.
Nyeri yang berhubungan
dengan darah yang tertekan
c.
Konstipasi
d.
Tromboflebitis
2.
Berhubungan dengan mobilitas
a. Nyeri pada daerah punggung
b. Dislokasi sendi
3.
Berhubungan dengan kerusakan
otak
a.
Epilepsy
b.
Sakit kepala
c.
Kraniotomi
4.
Hidrosefalus
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Umum
a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila
disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap apabila hemodinamik stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi bila perlu berikan oksigen
1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah
c. Kandungan kemih yang penuh dikosongkan kateter
d. Control tekanan darah, dipertahankan normal
e. Suhu tubuh harus dipertahankan
f. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan, bila
terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pipi
NGT
g. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi
2. Penatalaksaan Medis
a. Trombolitij (streptokinase)
b. Anti platelet/ anti thrombolitik (asetosol, cilostazol, dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemarrhagea (pentoxyfilin)
e. Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
f. Antagonis calcium (nomodipin,
piracetam)
3.
Penatalaksanaan Khusus/
Komplikasi
a. Atasi kejang (antikpnvulsan)
b. Atasi tekanan intracranial yang meninggi 9 monitol, gliserol, furosemide,
intubasi, steroid dll)
c. Atasi dekompresi (kraniotomi)
d. Untuk penatalaksanaan factor resiko
1)
Atasi hipertensi (anti
hipertensi)
2)
Atasi hiperglikemia (anti
hiperglikemia)
3)
Atasi hiperurisemia (anti
hiperurisemia)
H. Diagnosa
1.
Gangguan menelan berhubungan
dengan fungsi nerfus vagus
2.
Keterbatasan mobilisasi
fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
3.
Hambatan komunikasi verbal
berhubungan dengan penurunan fungsi otot
I. Intervensi
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Gangguan menelan dengan fungsi nerfus vagus.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan menelan teratasi
dengan kriteria hasil:
1. Dapat mempertahankan makanan dalam mulut
2. Kemampuan menelan adekuat
3. Makanan masuk tanpan terdesak atau aspirasi
|
1. Memantau kesadaran
2. Menyuapkan makanan dalam jumlah kecil
3. Jauh kepada tempat tidur ditinggikan 30 sampai 4
|
1.
Mengetahui perubahan dalam
rentang normal vital sign
2.
Mengidentifikasi kekuatan
mobilisasi pasien
3.
Mengetahui informasi yang
terbaik untuk kefektifan terapi
4.
Membantu berlatih
|
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
fungsi otot
|
Setelah
dilakukan tindakan keperaawatanselama 3x24 jam hambatan komunikasi verbal
dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1.Lisan, tulisan, dan non-verbal meningkat
2.Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan
3.Keluarga pasien mampu mengontrol respon kecemasan
terhadap ketidak mampuan berbicara pasien
|
1. Minta klien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti
buka mata) ulangi dengan kata/kalimat sederhana
2. Memotivasi keluarga
|
1.
Melakukan penilaia terhadap
adanya kerusakan sensori, montorik
2.
Tidak ada kecemasan keluarga
karena ketidakmampuan berbicara pasien
|
Keterbatasan mobilisasi fisik berhubungan dengan
penurunan kekuatan otot
|
Setelah
dilakukan tindakna keperawatan selama 3x24 jam mobilisasi teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Kesadaran membaik
2. Pasien meningkat dalam aktivitas fisik
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
|
1. Memonitor vital sign
2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3. Konsultasikan dengan terapi fisik dengan ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
4. Ajarkan pasien melakukan latihan mobilisasi
|
1.
Mengetahui perubahan dalam
rentang normal dalam vital sign
2.
Mengidentifikasi kekuatan
mobilisasi pasien
3.
Mengetahui informasi yang
terbaik untuk keefektifan terapi
4.
Membantu berlatih
|
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, 2000. Sitasi
Huda A. dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Price & Wilson, 1994. Sitasi Huda A. dan Kusuma H. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Smeltzer & Bare , 2001 Sitasi Huda A. dan Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Sari Wijayaningsih K. 2013. Standar
Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Herman, T. Heather. 2015. NANDA
International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar